Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara

PENGGUNAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

PENGGUNAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR”
“PENGGUNAAN PERPUSTAKAAN DIGITAL
SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR”
DISUSUN OLEH : AFRINA NAULI LUBIS, S.Sos
NIP : 1966604261990032002

PENDAHULUAN

Keberadaan perpustakaan sekolah sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Perpustakaan merupakan sistem informasi yang didalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran informasi. Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa lainnya. Perpustakaan diharapkan sebagai pusat kegiatan pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Salah satu upaya pengembangan minat dan kegemaran membaca adalah dengan adanya distribusi buku. Perpustakaan sendiri bertujuan memberi bantuan bahan pustaka atau buku yang diperlukan oleh para pemakai. Buku merupakan salah satu syarat mutlak yang diperlukan untuk pengembangan program pengembangan minat dan kegemaran membaca, khususnya bagi anak-anak kecil yang tentunya belum begitu banyak mengenal teknologi informasi. Artinya, bahwa fungsi buku memberikan tempat tersendiri bagi perkembangan anak. Hal inilah yang kemudian berimplikasi pada semakin maraknya industri perbukuan/penerbit di Indonesia secara khusus dan dunia perbukuan secara global.

Pada era informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information and Communication Teclznology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan global. Oleh karena itu, setiap institusi, termasuk perpustakaan berlomba untuk mengintegrasikan ICT guna membangun dan memberdayakan sumber daya manusia berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global. Perkembangan ICT ini akhirnya melahirkan sebuah perpustakaan berbasis komputer. Ada automasi perpustakaan, ada pula perpustakaan digital. Seringkali orang menyamakan automasi perpustakaan dengan perpustakaan digital. Namun, keduanya adalah hal yang berbeda. Banyak perpustakaan yang mengidamkan penerapan perpustakaan digital dalam pengelolaannya. Namun demikian tidak semudah yang dibayangkan. Dana yang terbatas dan SDM yang rendah ditengarai sebagai faktor dominan ketidakberdayaan mewujudkan sebuah perpustakaan digital. Perpustakaan digital secara ekonomis lebih menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. Chapman dan Kenney (Dalam sismanto 2008), mengemukakan empat alasan yaitu: institusi dapat berbagi koleksi digital, koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal, penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi digital akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya.

Dengan demikian, adanya perpustakaan digital diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan akurat. Perpustakaan digital juga dapat dijadikan sebagai salah satu alternative pengembangan sumber belajar disekolah untuk menghadapi kemajuan perkembangan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi. Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih mendalam tentang perpustakaan digital sebagai sumber belajar.

ISI

perpustakaan digital merupakan suatu perpustakaan di mana seluruh isi koleksi dan proses pengelolaan serta layanannya tersebut berupa kumpulan data dalam bentuk digital.

Perpustakaan digital tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka untuk seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada dokumen elektronik pengganti cetak saja, ruang lingkup koleksinya sampai pada artefak digital
yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak.

Perbedaan ”perpustakaan biasa” dengan ”perpustakaan digital” terlihat pada keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau kompoter, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan saja, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpustakaan.

1. Peran Perpustakaan Digital di Sekolah sebagai Salah Satu Pusat Sumber Belajar

Perkembangan perpustakaan sebagai sumber disekolah tidak terlepas dari perkembangan definisi pusta sumber belajar itu sendiri. Menurut AECT (1979), pusat sumber belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, penyediaan, dan pemanfaatan sumber belajar dari berbagai jenis yang disusun secara terpadu sesuai dengan kebutuhan belajarnya.

Perpustakaan digital bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Dengan tidak terbatasnya informasi terutama sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa dan guru melalui peprpustakaan digital akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru ( teacher centered) tetapi sudah bergeser ke student centered, active learning dan pembelajaran berbasis aneka sumber. Dengan demikian konstruktivisme dalam pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa tidak lagi belajar dengan tuntutan subject matter oriented tapi mereka akan mengkontruksi apa yang dipelajarinya dalam proses pembelajarannya dan dapat menerapkan dalam kehidupannya.

Perpustakaan yang terkoneksi secara intra maupun internet ke setiap ruangan kelas memungkinkan guru dan siswa dapat belajar lebih efektif, karena dapat mengakses informasi ( sumber belajar ) dari ruangan kelas dan tidak harus ke perpustakaan secara fisik.

Menurut Association of Research Libraries (ARL) peran perpustakaan digital adalah sebagai berikut :

  1. melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
  2. mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien disemua sektor.
  3. mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi.
  4. memperkuat komunikasi dan kerjasam dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pensisikan.
  5. mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting.
  6. memperbesar kesempatan belajat sepanjang hayat.
  7. melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi infomasi dan pengetahuan dalam format digital.

2. Keunggulan dan Kelemahan Perpustakaan digital

Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.
  2. Akses yang mudah, akses perpustakaan digital lebih mudah dibandingkan dengan perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari catalog dengan waktu yang lama.
  3. Murah (cost effective), perpustakaan digital tidak memerlukan banyak biaya, mendigitalkan koleksi perpustakan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku.
  4. Mencegah duplikasi dan plagiat, perpustakaan digital lebih aman sehingga tidak mudah untuk dilplagiat, apabila penyimpanan koleksi dalam bentuk PDF maka koleksi perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna tanpa bisa mengeditnya.
  5. Publikasi karya secara global, dengan adanya perpustakaan digital karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dubia dengan bantuan internet.

Selain keunggulan, perpustakaan juga memiliki kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Tidak semua pengarang mengizinkan karyanya di digitalkan. Pengarang akan berpikir- pikir tentang royalty yang akan diterima bila karyanya didigitalkan.
  2. Masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apabila perpustakaan digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan mungkin akan sulit.
  3. Masih sedikit pustakawan yang belum mengerti tata cara mendigitalkan koleksi perpustakaan.

PENUTUP

Perpustakaan digital merupakan suatu perpustakaan di mana seluruh isi koleksi dan proses pengelolaan serta layanannya tersebut berupa kumpulan data dalam bentuk digital. Perpustakaan digital tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka untuk seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada dokumen elektronik pengganti cetak saja, ruang lingkup koleksinya sampai pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak.

Perbedaan ”perpustakaan biasa” dengan ”perpustakaan digital” terlihat pada keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau kompoter, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan saja, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpustakaan.

Perpustakaan digital bertujuan untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Dengan tidak terbatasnya informasi terutama sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa dan guru melalui peprpustakaan digital akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru ( teacher centered) tetapi sudah bergeser ke student centered, active learning dan pembelajaran berbasis aneka sumber. Dengan demikian konstruktivisme dalam pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa tidak lagi belajar dengan tuntutan subject matter oriented tapi mereka akan mengkontruksi apa yang dipelajarinya dalam proses pembelajarannya dan dapat menerapkan dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Ismail, 2004. Inovasi Jaringan Perpustakaan Digital: Network of Networks (NeONs).
Makalah Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi Universitas
Muhammadiyah Malang 4 Oktober 2004.
Hasibuan, Zainal A, 2005. Pengembangan Perpustakaan Digital: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Makalah Pelatihan Pengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi. Cisarua – Bogor, 17-18 Mei 2005.
Pendit, Putu Laxman (Ed.). 2007. Perpustakaan Digital: Sebuah Impian dan Kerja Bersama.
Jakarta: Sagung Seto.
Sismanto. 2008. Manajemen Perpustakaan Digital. Sucahyo, Yudho Giri dan Ruldeviyani, Yova (Ed.). 2007. Infrastruktur Perpustakaan Digital. Jakarta: Sagung S

 

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on google
Google+
Share on linkedin
LinkedIn
Share on pinterest
Pinterest
Our Related Posts

Related Posts

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top