Sumber Foto : Koleksi Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara

MEMAKNAI PERINGATAN HARI LIERASI INTERNASIONAL

HARI KUNJUNG PERPUSTAKAAN DAN BULAN GEMAR MEMBACA BAGI UPAYA PENINGKATAN LITERASI MASYARAKAT

International Literacy Day or World Literacy Day or International Literacy Day, which is celebrated every September 8, is a day announced by UNESCO on November 17 1965, as a reminder to maintain the importance of literacy for every human being, community and society. Every year UNESCO reminds the international community to always engage in learning activities. The international community must realize that there are still around 775 million people in the world who are still illiterate, two-thirds of whom are women and as many as 60.7 million children who do not go to school and the rest are expelled or dropped out along the way. Meanwhile, Library Visit Day and Love Reading Month are celebrated every September 14 with the aim of increasing people's literacy by making visits to the library a hobby. Library Visiting Day and Love Reading Month began on September 14 1995 through President Soeharto's Decree to the Director of the National Library of the Republic of Indonesia with letter No. 020/A1/VIII/1995 dated August 11 1995. This article aims to remind the nation's citizens about the importance of literacy by do activities like reading through the library.

A. Pendahuluan

            Hari Literasi Internasional (International Literacy Day), pada awlanya di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Hari Aksara Sedunia atau Hari Melek Huruf Internasional. Oleh warga dunia diperingati setiap tanggal 8 September. UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural) organisasi international yang bergerak pada bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, mencanangkan tanggal 8 September sebagai Hari Literasi Internasional pada tanggal 17 November 1965 sebagai peringatan kepada setiap individu, komunitas, dan masyarakat untuk menjaga tentang pentingnya literasi dengan kegiatan belajar. UNESCO juga, setiap tahun mengingatkan komunitas internasional bahwa masih ada sekitar 775 juta warga dunia yang masih buta huruf, dua sepertiganya adalah wanita  dan sebanyak 60,7 juta anak-anak tidak tidak sekolah dan sisanya drop out atau putus di tengah jalan.

            Mengingat begitu pentingnya literasi, pada tanggal 8-9 September 1965 UNESCO mengadakan konferensi di Teheran, ibu kota Iran, agenda yang dibahas adalah pemberantasan buta huruf dengan tofik “World Conference of Ministers of Education on the Eradication of Literacy”. Sebagai tidak lanjut hasil konferensi di Teheran tersebut, UNESCO menetapkan tanggal 8 September 1967 sebagai Hari Literasi Internasional dan untuk pertama kalinya pada tahun tersebut diadakan peringatan Hari Lietari Internasional. Pencetusan Hari Literasi Internasional tersebut bertujuan untuk mengingatkan para pembuat kebijakan, praktisi dan masyarakat tentang pentingnya literasi dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera.

            Menurut UNESCO, mengapa Hari Literasi Internasional harus diperingati ? Karena literasi adalah seperangkat ketrampilan nyata, terutama ketrampilan  dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh  serta siapa yang memperolehnya. Sedangkan Natioanl Intitute for Literacy mendefinisikan literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah  pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Definisi tersebut memaknai literasi dari persfektif yang lebih kontekstual dan  tergantung pada ketrampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.

            Adapun Hari Kunjung Perpustakaan (Visit Library Day), yang diperingati setiap tanggal 14 September dimaksudkan untuk mendorong kebiasaan berkunjung ke perpustakaan guna meningkatkan budaya membaca.Tujuan utamanya adalah memperkuat budaya membaca guna meningkatkan kualitas sumber daya  manusia. Selain itu 14 September juga, diperingati sebagai Bulan Gemar Membaca (Reading Habid Promotion Month). Untuk pertama kalinya Hari Kunjung Perpustakaan diperingati dimulai sejak tanggal 14 September 1995 pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, pertama, Mastini Hardjoprakoso berkirim surat kepada Presiden Soeharto untuk mencanangkan Hari Kunjung Perpustakaan. Surat usulan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia itu disambut baik oleh Preside Soehato dengan mengeluarkan surat Nomor 20/AI/VIII/1995 tertanggal 11 Agustus 1995. Tujuannya adalah akan adanya gerakan aktivis intelektual di Indonesia, tertutama didalam menyebarkan budaya membaca di kalangan generasi muda bangsa Indonesia.

            Adapun Munculnya ide Bulan Gemar Membaca (Reading Habid Promotion Month), Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (1980-1998), Mastini Hardjoprakoso, yang dimuat pada Majalah Himpunan Perpustakaan Khusus  Indonesia (HPCI) menyebutkan bahwa Indonesia pernah menjadi Negara produktif dalam menerbitkan berbagai judul buku. Hal itu terlihat pada tahun 1963, sudah banyak terbitan buku di Indonesia  bahkan pihak swasta pun mulai berani membangun berbagai usaha penerbitan di Indonesia. Atas kondisi itu, Negara Paman Sam, Amerika Serikat memberikan perhatian khusus untuk membeli buku terbuitan Indonesia dengan membuka kantor cabang Perpustakaan Nasional Amerika Serikat di Indonesia. Selain Amerika Serikat, Badan Literasi Belanda “Koninklijk Instituut voor Tal-Land-en Volkenkunde (KITLV) memusatkan untuk mengakuisisi terbitan Indonesia di bidang ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan. Negara Kanguru juga, Australia membuka perwakilan kantor Perpustakaan Nasional  menunjuk agennya untuk membeli ragam buku terbitan Indonesia khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan sosial.

B. Pembahasan

1. Memaknai Peringatan Hari Literasi Internasional

       Seperti telah dijelaskan di atas bahwa perayaan Hari Literasi Internasional  (ILD) telah berlangsung setiap tahun di seluruh penjuru dunia. Tujuannya adalah untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya literasi sebagai masalah martabat dan hak asasi manusia, dan untuk memajukan agenda literasi  menuju masyarakat yang lebih melek huruf dan berkelanjutan. Sejak Hari Literasi Internasional diperingati untuk pertama kalinya pada tahun 1967, setiap tahun, masyarakat internasional rutin memperingatinya. Di luar konsep konvensionalnya, literasi dimaknai sebagai seperangkat ketrampilan membaca, menulis, dan berhitung, literasi sendiri dipahami sebagai sarana identifikasi, pemahaman, interpretasi, kreasi, dan komunikasi dalam dunia yang semakin digital, diperantai teks, kaya informasi, dan berubah dengan cepat.

       Di samping itu, literasi dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Dalam proses selanjutnya literasi memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan tentang genre dan kultural. Literasi dalam kehidupan sehari-hari sudah masuk katagori inti kemampuan dan modal utama bagi generasi muda dalam belajar  menghadapi tantangan-tantangan pada masa depan. Pembelajaran literasi yang berkualitas adalah kunci dalam keberhasilan generasi  z, yaitu generasi yang lahir pada tahun 1995 hingga 2010,  dan alpha, yaitu generasi yang lahir setelah tahun 2010.

       Dalam konteks global, konektivitas antara masyarakat maju dengan literasi sangatlah kuat. Hal ini ditandai, di mana masyarakat yang dikatakan telah maju adalah masyarakat  yang memiliki pengetahuan yang luas. Namun sangat disayangkan, saat ini  banyak orang yang mulai meninggalkan membaca buku dan lebih memilih berselancar di dunia maya melalui gawai mereka. Mengakses berbagai macam informasi dari google yang terkadang tidak dapat dipertanggungjawabkan sumber dan kebenarannya. Masyarakat dikatakan maju jika mereka mendapatkan banyak pengetahuan  dengan cara membaca buku, baik konvensional maupun melalui digital library, sehingga korelasi antara masyarakat maju dengan literasi sangat kuat. Oleh karena itu, setiap tanggal 8 September diperingati sebagai Hari Literasi International harus dimaknai secara subtansial bahwa masyarakat dunia termasuk di dalamnya warga bangsa Indonesia untuk selalu belajar-belajar sepanjang hayat (long education) dengan meningkatkan kemampuan literasi dengan benar lewat membaca buku di perpustakaan dan di mana pun berada.

       Pada tahun 2024 ini, peringatan Hari Literasi International diselenggarakan pada tanggal 9 sampai dengan 10 September di Yaounde, Kamerun. Temanya “Promoting multilingual education: Literacy for mutual understanding and peace”, yang artinya kurang lebih “Mempromosikan pendidikan multibahasa: Literasi untuk saling pengertian dan perdamaian”. Peringatan pada tahun ini ada beberapa agenda yang diselenggarakan, di antaranya konferensi global, uapacara penganugrahan Penghargaan Literasi International UNESCO, dan acara lainnya, seperti pertemuan tahunan Aliansi Literasi Global dalam Kerangka Pembelajaran Sepanjang Hayat (GAL)  dan pertemuan Riset Aksi tentang Pengukuran Literasi dan Pendidikan Alternatif (RAMAED), dan Jaringan Kota Pembelajaran Global UNESCO.

       Dalam rangka memperingati Hari Litrasi Itnternasional Tahun 2024 ini, UNESCO merayakannya secara luring dan daring, baik di tingkat global, regional, nasional, dan lokal. Tema yang diangkat mengenai isu global literasi, yang sedang dihadapi oleh warga dunia, yaitu multilingualisme menjadi praktek umum bagi orang banyak. Dengan tema ini pesan yang ingin disampaikan adalah adanya kemampuan untuk saling menghormati dan saling mempekuat identitas komunal maupun sejarah kolektif.

       Untuk memaknai peringatan Hari Literasi Iternasional Tahun 2024 ini, dapat juga disampaikan pesan dan slogan melalui media sosial agar masyarakat sadar tentang pentingnya literasi, misal :

  • Selamat Hari Literasi Internasional ! Mari kita tingkatkan akses dan kualitas literasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih berpengetatuhan dan inklusif.
  • Pada hari Literasi Internasional ini, mari kita menghargai kekuatan literasi dalam membuka pintu menuju peluang dan kesejahteraan.
  • Selamat Hari Literasi Internasional ! Literasi adalah jembatan menunju masa depan yang lebih baik. Ayo, sebarkan semangat belajar dan membaca.
  • Selamat Hari Literasi Intenasional ! Semoga kita terus mendorong pencapaian literasi yang lebih baik bagi semua lapisan masyarakat.
  • Pada Hari Literasi Internasional ini, mari kita ingat bahwa literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, tapi juga kunci untuk kesuksesan dan kesejahteraan.

2. Memaknai Hari Kunjung Perpustakaan

    Hari Kunjung Perpustakaan yang dalam bahasa Inggris disebut dengan “Visit library day”.

Muncul, awal mulanya adalah adanya kegelisahan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesi, pertama (1980-1998) Mastini Hardjoprakoso tentang masa depan perpustakaan. Kegelisahan itu kemudian dituangkan dalam surat yang dikirim kepada Presiden Soeharto,yang berisi usulan untuk menciptakan sebuah hari khusus yang mendorong masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Surat Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tersebut direspon oleh Presiden Soeharto melalaui surat Ketetapan Nomor 02/A1/VIII/1995 pada tanggal 11 Agustus 1995, yang berisikan tentang usulan pencanangan hari kunjung perpustakaan pada tanggal 14 September 1995. Oleh karena itu, Hari Kunjung Perpustakaan ditetapkan pada tanggal 14 September sejak tahun 1995.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa dalam surat Ketetapan itu Presiden Soeharto menaruh harapan besat dengan tujuan, yaitu untuk memberikan kontribusi postif bagi tumbuhnya gerakan aktivis intelektual di Indonesia. Selain itu dapat mendorong penyebaran budaya memabaca generasi muda Indonesia dan meningkatnya kesadaran literasi di seluruh negeri.

Dengan adanya Peringatan Hari Kunjung Perpustakaan, makna yang dapat dipetik adalah :

                 1) Adanya peningkatan minat baca masyarakat melalui layanan perpustakaan;

Minat baca masyarakat akan meningkat apabila perpustakaan sebagai institusi sudah dapat melaksanakan fungsi dan tujuannya dengan benar dan sesuai ketentuan Standar Nasional Perpustakaan. Fungsi perpustakaan sebagaimana diatur dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yaitu sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Sedangkan tujuan perpustakaan sebagaimana diatur dalam pasal 4 undang-undang tentang perpustakaan tersebut, yaitu memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperliuas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdasakn kehidupan bangsa.

                 2) Adanya penghargaan peran perpustakaan dalam pendidikan dan peningkatan literasi masyarakat;

Penghargaan yang diberikan oleh pemustaka dan masyarakat akan muncul apabila perpustakaan sudah dapat menjalankan fungsi dan tujuannya dengan baik. Apabila perpustakaan sudah dapat menjalankan fungsi dan tujuannya dengan baik, masyarakat akan respek kepada institusi perpustakaan dan berbondong-bondong akan berkunjung ke perpustakaan.

                 3) Sebagai sarana promosi perpustakaan;

Makna ini akan terwujud apabila perpustakaan sebagai institusi sudah dapat menjalankan ketentuan pasal 30 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menyebutkan “Promosi pelayanan perpustakaan dilakukan untuk meningkatkan citra perpustakaan dan mengoptimalkan penggunaan perpustakaan serta meningkatkan budaya kegemaran membaca masyarakat dan dilakukan secara berkesinambungan dan perlu didukung dana yang memadai”.

                 4. Adanya peningkatan kesadaran literasi di masyarakat untuk perkembangan individu dan kemajuan bangsa.

Makna ini juga akan terwujud, apabila setiap individu masyarakat menyadari bahwa literasi merupakan kunci untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan hidup.

3. Memaknai Bulan Gemar Membaca

      Dalam sejarah munculnya Bulan Gemar Membaca waktunya bersamaaan dengan Hari Kunjung Perpustakaan dan Hari Kunjung Museum, yaitu berdasarkan surat Ketetapan Presiden Soeharto Nomor 02/A1/VIII/1995 tanggal 11 Agustus 1995, yang berisikan tentang usulan pencanangan hari kunjung perpustakaan pada tanggal 14 September 1995. Ide munculnya Bulan Gemar Membaca satu paket dengan ide Hari Kunjung Perpustakaan dan Hari kunjung Meseum. Hanya saja munculnya Bulan Gemar Membaca fungsinya lebih luas bukan hanya untuk para pemustaka saja, tetapi juga bagi dunia penerbitan buku dan masyarakat perpustakaan secara keseluruhan. Konsepnya sama, yaitu masyarakat akan berkunjung ke perpustakaan apabila perpustakaan dilengkap dengan koleksi yang lengkap dan menarik serta dikelola dengan baik.

C. Penutup

                        Melalui Peringatan Hari Lierasi Internasional, Hari Kunjung Perpustakaan, dan Bulan Gemar Membaca, mari kita jadikan momen untuk bangkit, untuk lebih maju, untuk lebih cerdas dan tuntas dalam rangka meningkatkan kualitas literasi masyarakat dengan melakukan gerakan membaca dan berkunjung ke perpustakaan. Asas penyelenggaraan perpustakaan, yaitu pembelajaran sepanjang hayat, demokratis, berkeadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan kita jadikan landasan untuk meningkatkan kecerdasan literasi masyarakat melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial menuju kesejahteraan.

    

Dinas Perpustakaan dan Arsip
Provinsi Sumatera Utara